Suka Duka S2

Perjalanan kuliah S2 memang penuh tantangan, apalagi jika kamu harus membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan. Sebagai mahasiswa baru semester 1, semuanya terasa seperti awal yang penuh harapan, namun juga penuh ujian. Saat pertama kali memulai, aku merasa sangat antusias. Kuliah dengan ilmu baru setelah puluhan tahun tidak belajar, teman-teman baru, serta kesempatan untuk mengembangkan diri, semua itu membuatku semangat. Tapi, seiring berjalannya waktu, tantangan mulai datang, terutama dalam hal membagi waktu.

Kuliah S2 memang membutuhkan fokus dan dedikasi yang lebih besar. Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya banyak, tapi juga menuntut kualitas yang tinggi. Belum lagi, banyak tugas kelompok yang harus dikerjakan bersama teman-teman seangkatan. Di awal-awal, aku merasa beruntung karena memiliki teman-teman yang antusias dan semangat. Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari ada juga yang hanya numpang nama, tak benar-benar berkontribusi pada tugas. Ini membuatku merasa sedikit kecewa karena terkadang beban pekerjaan jadi lebih berat di pundak beberapa orang yang benar-benar mengerjakan.

Satu hal yang kuhadapi adalah, bagaimana cara mengatur waktu antara kuliah dan pekerjaan. Sebagai pekerja sekaligus mahasiswa, aku sering kali merasa terbebani dengan jadwal yang padat. Banyak waktu yang harus dibagi, dari pagi hingga malam. Terkadang aku merasa kelelahan, tetapi di sisi lain aku juga sadar bahwa kuliah S2 adalah kesempatan yang berharga untuk meningkatkan kemampuan dan memperluas wawasan. Aku harus bisa menyeimbangkan semuanya dengan bijak.

Tak jarang aku merasa stres dan bingung, terutama saat tugas-tugas kuliah mulai menumpuk. Ada kalanya aku harus menyelesaikan pekerjaan kantor, sementara tugas kuliah juga menunggu untuk dikerjakan. Namun, aku mulai belajar untuk lebih terorganisir. Meskipun semester pertama ini terasa berat, aku menyadari bahwa ini baru permulaan. Sebuah awal dari perjalanan panjang yang membutuhkan strategi dan usaha lebih.

Saat menghadapi kesulitan ini, aku mulai merubah strategi belajar. Aku tidak bisa lagi mengandalkan cara-cara yang lama. Aku harus lebih disiplin dalam mengatur waktu, memprioritaskan tugas yang paling penting, dan belajar untuk bekerja dengan lebih efisien. Kuliah S2 ini bukan hanya tentang mendapatkan nilai, tetapi juga tentang belajar untuk beradaptasi dengan berbagai situasi yang datang, baik di dalam kuliah maupun di luar kuliah.

Semester pertama ini terasa seperti batu loncatan yang besar. Meskipun kadang aku merasa lelah, aku tahu bahwa segala usaha yang kulakukan adalah investasi untuk masa depan. Aku yakin dengan usaha dan perubahan strategi yang aku lakukan, kuliah S2 ini akan menjadi perjalanan yang penuh makna. Ini baru awal, dan aku harus siap menghadapi setiap tantangan yang ada, dengan semangat dan tekad yang tak luntur.

Di tengah perjalanan kuliah S2 ini, aku juga menghadapi pandangan orang-orang yang melihat kuliah hanya sebagai pencapaian untuk mendapatkan selembar ijazah. Mereka yang berpikir bahwa pendidikan tinggi hanyalah tentang status dan titel, tanpa menganggap nilai sesungguhnya dari proses belajar itu sendiri. Bagi mereka, usaha dan waktu yang kita curahkan untuk memahami materi dan menghadapi tantangan akademik hanyalah buang-buang energi untuk sesuatu yang pada akhirnya hanya berupa selembar kertas.

Terkadang, pendapat seperti itu membuatku merasa kesal. Ada orang yang mentertawakan effort yang kita lakukan, menganggap semuanya itu hanya untuk mencari nilai, seolah-olah kuliah hanya tentang mendapatkan angka di transkrip, bukan tentang peningkatan kapasitas diri. Mereka menilai aktivitas belajar bukan sebagai sebuah proses yang panjang dan penuh perjuangan, melainkan sebagai upaya untuk memenuhi standar yang sudah ditetapkan, yang hanya akan terukur dalam angka atau nilai.

Namun, bagi sebagian orang, belajar adalah lebih dari sekadar mengejar nilai. Proses ini adalah tentang membangun fondasi pengetahuan yang lebih kuat, memperkaya perspektif, dan meningkatkan kemampuan dalam mengatasi tantangan dunia nyata. Bagi kami yang sungguh-sungguh ingin berkembang, kuliah bukan hanya untuk mendapatkan gelar, tetapi untuk memperdalam pemahaman dan keahlian dalam bidang yang kami minati. Mungkin bagi sebagian orang, hal ini tidak bisa diukur dengan uang atau seberapa besar kontribusi kita terhadap cash flow suatu perusahaan, tapi bagi kami, keberhasilan sejati adalah tentang pertumbuhan pribadi yang tidak bisa diganti dengan angka di rekening bank.

Ilmu, pada akhirnya, adalah sesuatu yang tak ternilai. Ia tidak dapat dibandingkan dengan uang, karena uang datang dan pergi, sedangkan ilmu adalah kekal. Ia menjadi sumber kekuatan yang tak terbatas, yang terus berkembang seiring waktu, memperkaya hidup kita dengan pengetahuan yang mendalam dan kebijaksanaan yang tak ternilai harganya. Jadi, meskipun ada yang menganggap pendidikan hanya sebagai pencapaian selembar ijazah, bagi kami yang benar-benar belajar, ilmu adalah investasi yang lebih berharga dari segala yang bisa dihitung dengan uang.

Mereka yang menilai pendidikan hanya berdasarkan nilai dan gelar mungkin belum memahami sepenuhnya makna dari sebuah perjalanan belajar. Bagi kami, kuliah adalah kesempatan untuk mengeksplorasi potensi diri, menghadapi tantangan, dan mengembangkan pemikiran kritis. Ini bukan sekadar upaya untuk mencapai angka yang tinggi atau sekedar mengisi waktu, melainkan sebuah proses panjang untuk menjadi lebih baik, lebih bijaksana, dan lebih siap menghadapi dunia yang terus berkembang.

Tentu saja, ada kalanya kita merasa tertekan dengan pandangan mereka, yang seringkali meremehkan usaha kita. Namun, aku percaya bahwa setiap usaha yang kita lakukan dalam kuliah ini akan memberi dampak yang lebih besar di masa depan. Seperti halnya sebuah investasi, hasilnya mungkin tidak langsung terlihat

Posting Komentar

0 Komentar