Hujan dan Pelangi

Kabut gelap memeluk pagi, seolah dunia terbungkus dalam pelukan sunyi yang lembut. Lalu, seketika hujan turun, bagaikan rindu yang tak tertahankan, tumpah dari langit, menyapa bumi dengan ciuman lembut yang membawa kedamaian. Setiap tetesnya jatuh seperti janji yang tak terucapkan, mengisi ruang dengan keheningan yang penuh makna. Alam seakan berbicara dalam bahasa hujan, menceritakan kisah-kisah lama yang terlupakan, mengingatkan kita akan betapa indahnya saat-saat seperti ini, ketika dunia terasa begitu dekat dan begitu jauh pada saat yang bersamaan.

Pagi itu, seperti janji yang datang terlambat, aku berdiri menyaksikan hujan yang turun, meresapi setiap tetesnya yang membasahi tanah. Angin berbisik lembut, membawa aroma tanah basah yang khas, sementara aku hanya bisa mengagumi keindahan yang diciptakan oleh alam. Di antara rintik hujan yang tak kunjung reda, aku merasa seolah-olah waktu berhenti, memberi ruang untuk merenung dan berdoa, sejenak melepaskan segala beban. 

Namun, di tengah hujan yang terus mengguyur bumi, aku merasa ada ketenangan yang datang. Ada sebuah kekuatan yang mengalir dalam setiap tetes air yang jatuh, seolah mengingatkanku bahwa hidup ini tak selalu terang, tetapi selalu ada alasan di balik setiap cobaan. Aku mulai bergerak, langkah pertama terasa berat, namun semakin lama, semakin ringan. Aku menari, meskipun tak ada irama yang terdengar selain suara rintik hujan dan dentingan kecil yang memantul di atap. Rasanya seperti ada sesuatu yang mengalir dalam diriku, sesuatu yang tak bisa dijelaskan, tetapi sangat nyata. Dan aku menari, bukan hanya karena hujan yang menemaniku, tetapi juga karena doa-doa yang kutuliskan dalam setiap gerak tubuhku.

Deras hujan turun, bagaikan irama kehidupan yang mengiringi setiap hentakan langkah kakiku yang tiada henti menari. Setiap tetes yang jatuh di atas bumi ini seolah-olah menambah semangat dalam diriku, menciptakan lagu yang menyatu dengan gerakan tubuhku. Langkah-langkahku tak terhenti, terus menari mengikuti alunan hujan yang menghentak, memecah keheningan pagi. Seperti hidup, hujan datang dengan cepat dan tak terduga, namun dalam geraknya, ada makna yang tak tampak, sebuah kisah yang tak terungkapkan.

Sambil terus menari, bibirku tak pernah berhenti berbisik lirih, mengucapkan untaian doa. Kata-kata itu mengalir begitu alami, seolah setiap ucapan adalah cermin dari hatiku yang sedang berbicara kepada Sang Pencipta. Doa yang terucap, sederhana namun penuh harapan, seolah meminta kepada-Nya agar di balik derasnya hujan yang mengguyur bumi ini, muncul pelangi yang memberi warna baru dalam hidupku. Pelangi yang akan menghapus segala kelabu, menghidupkan setiap sudut dunia dengan cahaya yang penuh kebahagiaan.

Aku menari, dan dalam setiap gerak tubuhku, aku memohon agar setiap tetes hujan ini menjadi perantara untuk membawa kedamaian. Doa-doa yang meluncur dari bibirku adalah suara yang hanya terdengar oleh langit, yang menyentuh hati-Nya dan berharap mendapatkan jawaban yang bisa menjadikan dunia ini lebih baik, lebih terang. Hujan yang deras ini tidak hanya membersihkan bumi, tetapi juga jiwaku yang sering kali dipenuhi dengan keraguan dan kecemasan.

Aku tahu, pelangi itu bukan sekadar sesuatu yang terlihat dengan mata, tetapi sebuah simbol dari harapan yang tak pernah padam. Biarpun hujan ini mungkin tak berhenti, aku akan terus berdoa dan menari, percaya bahwa suatu saat nanti, setelah badai ini berlalu, pelangi akan muncul dengan indahnya, memberikan cahaya pada setiap kegelapan.

Dan dengan itu, aku melangkah, terus menari, dan mengirimkan setiap doa ke langit, berharap mereka sampai ke hati-Nya. Mengharap agar di balik setiap derasnya hujan ini, akan ada harapan baru yang muncul, seperti pelangi yang menyapa bumi setelah hujan berhenti.

Aku tahu, orang-orang di luar sana mungkin hanya melihatku menari di bawah hujan, tertawa, dan bersenang-senang. Mereka tidak tahu bahwa setiap tetes air yang jatuh ke bumi ini juga menyatu dengan air mataku, yang selama ini kutahan dalam diam. Mereka tidak tahu bahwa, di balik tawa yang terlihat indah, ada cerita yang tak terungkapkan, tentang perjuangan, tentang harapan, dan tentang kehilangan.

Namun, tak mengapa. Karena yang penting adalah apa yang kurasakan saat ini ketenangan yang datang bersama hujan, yang menenangkan segala keresahan yang pernah ada. Tidak ada yang lebih indah dari saat-saat ini, ketika aku bisa merasakan kedamaian sejati. Ketika aku bisa menari dan menikmati hujan, melupakan dunia sejenak, dan hanya bersatu dengan diri sendiri dan alam semesta.

Hujan terus turun, semakin deras, namun aku tidak peduli. Aku tahu, tak ada yang perlu ditakutkan. Bahkan, dalam derasnya hujan yang meneteskan air mata, ada kebahagiaan yang aku temukan. Aku menari, aku tertawa, dan aku berdoa untuk diriku, untuk mereka yang aku cintai, dan untuk dunia yang masih membutuhkan banyak cinta.

Kehidupan tak selalu mudah, dan kita tidak selalu tahu apa yang akan datang. Tapi, seperti hujan yang selalu datang dengan alasan, setiap kesulitan yang kita hadapi pasti akan berlalu, memberi ruang bagi kebahagiaan yang lebih besar. Aku tahu, bahwa apapun yang terjadi, aku akan tetap berdiri, menari, dan menikmati hujan sebab aku tahu, setiap tetes air hujan yang jatuh adalah berkah, adalah doa yang tak pernah terucapkan, yang disampaikan melalui setiap gerakan, setiap tawa, dan setiap air mata.

Malam datang, namun hujan masih belum berhenti. Aku berhenti menari, dan berdiri di sana, menatap langit yang gelap, merenungkan segala yang telah terjadi. Orang-orang mungkin tidak pernah tahu apa yang tersembunyi di balik tawa yang kuberikan, tetapi itu tidak masalah. Yang terpenting adalah aku telah belajar untuk menikmati hidup, meskipun hujan datang dengan derasnya.

Aku tahu, di balik setiap hujan ada harapan yang menunggu, dan aku akan terus menari, terus berdoa, untuk segala hal baik yang akan datang. Seperti hujan yang terus mengalir, hidup ini akan terus berlanjut dan aku akan terus, menemukan cara untuk menari, bahkan di tengah hujan yang paling deras sekalipun.


𝕮𝖔𝖗𝖊𝖙𝖆𝖓 𝕻𝖊𝖓𝖆 

𝖂𝖎𝖜𝖎𝖓 𝖇𝖑𝖔𝖌𝖌𝖊𝖗




Posting Komentar

0 Komentar