Memeluk diri sendiri

 Aku pernah berdiri di tepi jurang keputusasaan. Dunia terasa begitu luas, tetapi sekaligus menyempit di sekelilingku. Aku tahu bahwa kehidupan tidak selalu ramah. Bahkan, lebih sering ia menyapaku dengan keras, seolah mengujiku untuk tetap berdiri atau terjatuh begitu saja. Namun, dalam perjalanan ini, aku menemukan sesuatu yang berharga—diriku sendiri.

Saat semuanya terasa berat, aku belajar untuk mendekap diriku sendiri. Aku sadar bahwa tidak ada tangan yang lebih siap menolongku selain tanganku sendiri. Tidak ada bahu yang lebih kokoh untuk bersandar selain milikku sendiri. Dalam kesunyian malam, aku berbicara dengan diriku, bukan dengan kata-kata penuh keluhan, tetapi dengan janji untuk terus bertahan. Aku berjanji bahwa aku akan tetap melangkah, meskipun langkahku tertatih, meskipun dunia seakan ingin menjatuhkanku.

Aku pernah terpuruk, meragukan diri sendiri, merasa tidak cukup baik, tidak cukup kuat, tidak cukup berharga. Tetapi aku menyadari bahwa semua itu hanyalah bayangan yang diciptakan oleh ketakutanku sendiri. Aku memutuskan untuk menyalakan cahaya dalam kegelapan hatiku. Aku mulai memeluk kegagalanku, menerimanya sebagai bagian dari perjalanan, bukan akhir dari segalanya.

Perlahan, aku bangkit. Aku mulai belajar memahami diriku sendiri, mengenali potensiku, dan merangkul kelemahanku sebagai bagian dari kekuatanku. Aku tidak lagi menunggu dunia menjadi ramah kepadaku, tetapi aku menciptakan tempat yang nyaman di dalam diriku sendiri. Aku mulai menetapkan tujuan, meskipun kecil, dan mengejarnya dengan tekad yang kuat. Setiap pencapaian, sekecil apa pun, menjadi bukti bahwa aku bisa. Bahwa aku berharga. Bahwa aku pantas untuk sukses.

Dalam perjalanan ini, aku belajar untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Aku tidak ingin hanya menjadi seseorang yang selamat dari badai kehidupan, tetapi menjadi seseorang yang tumbuh dari setiap badai yang datang. Aku mulai merayakan pencapaianku, bukan dengan kebanggaan yang berlebihan, tetapi dengan keyakinan bahwa selalu ada harapan dan impian yang dapat kita wujudkan. Aku belajar untuk bersyukur, seberapapun bentuk keberhasilan yang kuraih, meskipun bagi orang lain itu terlihat kecil. Aku tidak peduli akan hal itu, karena mampu menghadapi semua ujian adalah prestasi besar untuk diriku sendiri. Bahkan, terkadang aku sampai lupa bagaimana semua itu dapat terlewati, seolah waktu dan usaha telah membentukku menjadi pribadi yang lebih kuat dan tangguh. 




Posting Komentar

0 Komentar