Aku mencoba menjalani hari demi hari dengan rutinitas yang sama, meresapi keheningan yang menggantung di udara. Aku melangkah menyusuri trotoar yang basah oleh embun pagi, merasakan betapa setiap jejak yang kutinggalkan seolah-olah berbisik, mengingatkanku pada perjalanan panjang yang sudah kutempuh. Langit senja yang membentang di cakrawala tetap menghadirkan warna-warna lembut yang menenangkan, seakan merangkulku dalam kehangatan yang samar.
Di sebuah taman kecil yang selalu kudatangi saat hati terasa gundah, aku duduk di bangku kayu tua yang telah banyak menyimpan cerita. Pepohonan rindang menaungi sudut ini, dedaunan berguguran perlahan, mengikuti irama angin yang berembus lembut. Di sini, aku merasa waktu berjalan lebih lambat, seakan memberi ruang bagi pikiranku untuk meresapi segala yang telah terjadi. Burung-burung kecil berkicau di kejauhan, suaranya berpadu dengan desiran angin yang menyentuh wajahku dengan lembut.
Taman ini selalu menjadi tempat pelarianku. Saat dunia terasa begitu riuh, aku memilih bersembunyi di sini, mendengarkan detak waktu yang terasa lebih tenang. Bunga-bunga yang bermekaran di tepi jalan setapak seolah tersenyum menyapaku, menghadirkan sedikit kehangatan di tengah keraguan yang menggulung dalam hati. Aku membiarkan jemariku menyentuh kelopak-kelopak lembut itu, mencari ketenangan dalam keheningan yang mereka tawarkan.
Aku sering duduk berlama-lama, menatap langit yang perlahan berubah warna. Saat matahari mulai tenggelam, sinarnya yang keemasan menari di antara celah pepohonan, menciptakan bayangan yang bergerak perlahan di atas rerumputan. Cahaya senja selalu memiliki cara untuk menyentuh hatiku dengan cara yang tak bisa dijelaskan. Ada perasaan hangat yang menjalar, namun juga kesepian yang mengintip dari sela-sela kebahagiaan semu.
Di taman ini, aku tak butuh kata-kata untuk mengungkapkan isi hati. Aku hanya perlu duduk, mendengar, dan merasakan. Aku membiarkan angin menyapu seluruh keraguan, membiarkan hembusannya menerpa hijab yang menutupi kepalaku, membuatnya berkibar lembut seolah menari bersama desir waktu. Aku ingin percaya bahwa suatu hari nanti, aku akan menemukan tempat yang benar-benar bisa kupanggil rumah, tempat di mana aku bisa kembali tanpa merasa tersesat.
Aku tak tahu sampai kapan aku akan bertahan di kota ini. Ada kalanya aku merasa seperti daun yang terombang-ambing oleh angin, tak punya tujuan pasti, hanya mengikuti aliran takdir. Namun, di sisi lain, ada secercah harapan yang tetap menyala, seperti lilin kecil di tengah kegelapan. Harapan bahwa suatu saat aku akan menemukan tempat yang benar-benar bisa kupanggil rumah, tempat di mana aku tak lagi merasa seperti seorang musafir yang hanya singgah untuk sementara.
Malam-malam sering kali terasa panjang, ditemani bisikan angin yang lembut menyelinap di antara dedaunan, menciptakan harmoni yang menenangkan. Aku menatap langit dari jendela kamarku, mencari bintang yang mungkin bisa memberiku jawaban. Cahaya rembulan menyelinap masuk, menerangi ruang yang sunyi, menghangatkan hatiku yang sering kali merasa dingin. Aku membayangkan sebuah tempat di mana aku bisa benar-benar menetap, di mana aku bisa bangun setiap pagi dengan perasaan bahwa aku berada di tempat yang seharusnya.
Mungkin besok, mungkin lusa, atau mungkin bertahun-tahun lagi, aku akan pergi dari kota ini. Aku tidak tahu kapan langkah ini akan benar-benar menjauh, meninggalkan semua yang pernah begitu berarti. Namun, hingga saat itu tiba, aku tetap di sini, meresapi setiap detik yang diberikan waktu, menikmati setiap senja yang datang, dan menunggu saat yang tepat untuk akhirnya melangkah keluar menuju sesuatu yang baru.
Perjalanan selanjutnya terasa hanya sekadar melanjutkan hidup, seolah aku mengikuti arus tanpa tujuan yang jelas. Setiap langkah yang kuambil seakan tak lagi membawa kehangatan, hanya menjadi rutinitas yang harus dijalani. Masihkah aku punya harapan yang indah? Aku bertanya pada diriku sendiri, mencari jawaban di antara keheningan malam. Aku ingin percaya bahwa suatu saat, akan ada sinar baru yang membawaku ke tempat yang lebih baik, tempat di mana aku bisa kembali merasakan kebahagiaan yang tulus tanpa beban masa lalu.
Catatan Pena
Wiwien
0 Komentar