Aku datang ke sini setiap kali rasa gelisah datang menghampiri. Setiap kali pikiran-pikiranku mulai berputar liar, ketika dunia luar terasa begitu bising, dan setiap sudutnya seolah mengingatkan aku tentang segala yang tak bisa kuhentikan. Di tempat inilah aku menemukan ketenangan sejenak, meskipun itu tidak bertahan lama. Aku datang ke kedai kopi kecil di sudut kota ini untuk melarikan diri, bukan dari dunia, tapi dari diriku sendiri yang terkadang begitu rumit untuk dimengerti.
Di sini, di sudut yang tersembunyi ini, aku bisa melepaskan penat tanpa harus menjelaskan alasan apa pun. Aku tidak perlu berbicara, tidak perlu menunjukkan wajah yang ceria atau menyembunyikan perasaan. Aku hanya perlu duduk, memesan secangkir kopi hitam, dan menunggu kesunyian menyelimuti tubuhku. Tidak ada yang menuntut apa pun dariku di sini. Tidak ada harapan, tidak ada pertanyaan yang harus aku jawab. Hanya ada aku, kopi, dan ruang kosong yang memberi kesempatan bagi pikiranku untuk sedikit berhenti.
Setiap tetes hujan yang jatuh di luar, setiap suara yang terdengar begitu samar dari kejauhan, semuanya menyatu dalam sebuah harmoni yang menyamankan. Tidak ada kekacauan, tidak ada kebisingan yang memaksa. Hanya suara desisan mesin kopi dan ketukan langkah kaki sesekali. Itulah yang aku cari. Kedamaian yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.
Aku mengangkat cangkir kopi yang sudah mulai dingin. Rasanya pahit, seperti hidupku yang selalu dipenuhi keraguan dan ketidakpastian. Namun, ada sesuatu yang menenangkan dari rasa pahit itu. Mungkin karena aku sudah terlalu terbiasa dengan kepahitan, dan sekarang, sepertinya aku mulai menerimanya dengan lebih mudah. Setiap kali aku merasa lelah atau terjebak dalam kecemasan, aku datang ke sini untuk mengingatkan diriku bahwa aku masih bisa merasakan ketenangan meski dunia di luar sana terus berputar.
Tempat ini, kedai kecil ini, adalah dunia kecilku yang tersembunyi dari mata orang lain. Di sini, aku bisa menjadi siapa pun yang aku inginkan tanpa perlu penilaian. Aku bisa berdiam diri tanpa merasa terasing, karena kesendirian ini sudah menjadi bagian dari diriku. Aku sudah lama tidak merasa perlu untuk menjelaskan siapa aku atau mengapa aku ada di sini. Aku hanya perlu merasakannya, meresapi setiap detik yang berlalu dengan penuh kesadaran.
Ketika semua orang berlari mengejar ambisi dan tujuan hidup yang tak pernah benar-benar mereka pahami, aku memilih untuk berhenti sejenak. Aku memilih untuk duduk di sudut ini, membiarkan pikiran-pikiranku mengalir, membiarkan setiap perasaan datang dan pergi tanpa terburu-buru menghakimi. Di sini, aku merasa lebih dekat dengan diriku sendiri, meskipun terkadang aku merasa seperti seseorang yang hilang, terjebak dalam kerumunan yang tidak pernah aku pilih.
Aku tidak tahu apa yang aku cari. Mungkin hanya kedamaian, atau mungkin hanya secercah harapan bahwa di dunia yang sepi ini, aku bisa menemukan kembali jati diriku yang terkubur di bawah beban hidup. Aku tidak ingin berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja, karena aku tahu itu tidaklah benar. Tetapi setidaknya, di sini, aku bisa merasakan kejujuran dalam kesendirian yang tak terucapkan. Tidak ada pretensi, tidak ada peran yang harus dimainkan. Hanya aku dan perasaan-perasaanku yang liar, yang bebas.
Hujan semakin deras, menambah kesan tenang di ruang kecil ini. Aku memandangi jendela yang basah, melihat bagaimana dunia di luar sana terasa semakin jauh, semakin kabur. Aku tidak perlu lagi mengikuti arus kehidupan yang terkadang tidak aku mengerti. Di sini, di sudut kota yang sepi ini, aku merasa bisa bernafas dengan lega. Mungkin hanya untuk malam ini, mungkin hanya untuk sesaat, tetapi itu sudah cukup untuk membuatku merasa hidup lagi.
Aku tahu esok, dunia akan kembali dengan segala kebisingannya. Tapi untuk sekarang, untuk saat ini, aku hanya ingin tetap di sini. Di sudut ini, di kedai kopi kecil yang tak pernah ramai. Di tempat yang hanya ada aku dan perasaan-perasaan yang tidak pernah kuungkapkan. Karena dalam kesunyian ini, aku menemukan dunia yang tak pernah kusadari sebelumnya. Dunia yang tidak perlu dijelaskan, dunia yang hanya bisa dirasakan dengan hati yang terbuka.
𝓦𝓲𝔀𝓲𝓮𝓷
0 Komentar