Makan Gratis Tuan, Hati Teriris

Di depan kamera, senyum terpancar,
"Anak-anak makan gratis, biar pintar!"
Sorak sorai, tepuk tangan,
pujian mengalir bak hujan.

Tapi di balik layar yang megah,
nada sendu terdengar lelah,
honorer tersingkir, nakes terbuang,
demi efisiensi, katanya tenang.

Tak ada tepuk tangan bagi yang setia,
tak ada penghargaan untuk yang bekerja,
mereka diganti oleh kursi empuk,
wamen bertambah, staf pun tumbuh.

Sementara guru menghitung resah,
tenaga medis mengusap basah,
mengemas harapan dalam kardus,
meninggalkan tugas yang dulu kudus.

Anak-anak makan di piring bersih,
tapi negeri ini makin letih,
makan gratis—siapa yang untung?
rakyat kecil tetap menanggung.

Posting Komentar

0 Komentar