Kabinet Menggelembung, Rakyat Merintih Pilu

Pemimpin dulu berjanji, kata-kata manis bertebaran,
Seperti hujan di musim kemarau,
Tapi kini, kabinet menggelembung,
Bak balon yang siap meletus,
Sementara rakyat menunggu,
Janji tinggal janji, tak pernah nyata.

Di setiap sudut, jeritan pilu terdengar,
Anak-anak kelaparan, ibu-ibu menangis,
Pemuda kehilangan arah,
Harapan menguap, sirna ditelan waktu.

Di atas panggung, mereka tersenyum,
Tapi di bawah, rakyat terjepit,
Harga melambung, upah tak cukup,
Jalan berlubang, air bersih jadi mimpi.

Di mana hati nurani pemimpin?
Apakah mereka tak mendengar,
Atau pura-pura tuli,
Terhadap jeritan yang tak terbendung?

Rakyat bukan angka, bukan statistik,
Mereka nyawa yang berdetak,
Mimpi yang ingin tumbuh,
Tapi kini, seperti layu sebelum berkembang.

Pemimpin tak peka, kabinet menggelembung,
Janji tinggal janji, rakyat menjerit pilu,
Seperti kehilangan harapan,
Tapi kami tak akan menyerah,
Kami akan bangkit,
Karena suara rakyat adalah suara yang tak bisa dibungkam.

Mari kita ingatkan mereka,
Bahwa kekuasaan bukan untuk diri sendiri,
Tapi untuk mengangkat derajat rakyat,
Untuk menepati janji, bukan mengkhianati.

Rakyat menunggu,
Tapi kesabaran ada batasnya,
Dan harapan tak boleh mati,
Karena kami adalah bangsa yang kuat,
Yang akan terus berjuang,
Hingga janji bukan lagi sekadar kata,
Tapi bukti yang nyata.

Posting Komentar

0 Komentar