Peluk dan Bimbing Aku, Ya Allah


(Monolog seorang hamba dalam sepi malam)

Sunyi menyelimuti malam. Di atas sajadah yang telah basah oleh air mata, seorang hamba menunduk dalam diam, menggigil bukan karena dingin, tapi karena rasa yang tak bisa ia bagi pada siapa pun selain kepada Sang Maha Mendengar...

Hamba:
Ya Allah...
Aku datang lagi malam ini, dengan hati yang rapuh,
dengan jiwa yang kelelahan,
dengan langkah yang limbung.

Aku tahu, Kau tak pernah pergi.
Tapi aku yang sering menjauh...
Aku yang sering lalai,
lalu kembali dengan luka dan air mata.

Hamba (dengan suara gemetar):
Ya Rabb... peluk aku.
Dalam sunyi yang menakutkan ini,
saat semua pergi, saat tak ada sandaran lagi,
hanya Kau yang kuharapkan menggenggam erat tanganku.

Aku yakin akan keajaiban-Mu,
meski mataku sering tak melihatnya.
Tapi hati ini tahu,
bahwa dalam detik yang terasa hampa,
Kau tetap bekerja… menyusun takdir terbaik.

Hamba (menangis pelan):
Aku lemah, ya Allah…
Tapi dengan-Mu, aku tahu aku bisa kuat.
Kuat bukan karena tak pernah jatuh,
tapi karena selalu Kau bantu untuk bangkit lagi.

Hamba (berbisik):
Bimbing aku, dalam setiap langkah yang masih samar.
Jangan biarkan aku hilang arah.
Jika harus sendiri, ajari aku bahagia dalam kesendirian.
Jika harus diam, ajari aku bicara lewat doa.

Hamba (tersenyum dalam tangis):
Aku percaya pada-Mu.
Lebih dari siapa pun.
Aku tak tahu hari esok,
tapi aku tahu,
selama Engkau bersamaku,
aku tidak benar-benar sendiri. 

Posting Komentar

0 Komentar