Hujan turun perlahan, menciptakan alunan simfoni lembut di balik kaca jendela yang buram oleh embun. Di sebuah sudut kafe kecil yang hangat, seorang wanita berhijab duduk menghadap jendela besar. Punggungnya tegak namun santai, mantel panjangnya menyelimuti tubuh yang mungil. Di depannya, secangkir kopi yang belum sepenuhnya tersentuh menguarkan aroma yang menenangkan.
Dari belakang, hanya siluet tubuhnya yang terlihat, namun bahasa tubuhnya berbicara banyak. Pandangannya menembus hujan yang membasahi trotoar dan lampu jalan yang temaram. Di luar sana, orang-orang berlalu dengan payung, langkah mereka tergesa. Tapi dia tetap di sana, diam, menikmati momen. Mungkin sedang mengenang, mungkin sedang merindu.
Tak jauh darinya, seorang pria bertopi duduk diam. Ia tidak menyapa, tidak mengganggu. Ia hanya ada, menemani dalam diam. Ada ketenangan dalam kehadiran mereka, seperti dua jiwa yang tak butuh kata-kata untuk saling memahami.
Di luar, hujan terus turun. Di dalam, hati yang hening menemukan kehangatan
0 Komentar