Sepenggal Kisah yang Terselip Dalam Takdir


Saat angin sore bertiup pelan membawa aroma tanah yang baru tersiram hujan, pikiranku kembali terbang ke masa lalu, ke sebuah cerita yang mungkin tidak akan pernah berakhir dengan kebahagiaan seperti dalam dongeng. Aku kembali datang ke masjid ini di mana aku sering belajar, duduk di samping taman masjid yang teduh. Tempat ini menyimpan begitu banyak kenangan, termasuk kenangan tentang kita. Ini adalah kisah tentang kita; tentang pertemuan, kebersamaan, dan perpisahan. Sebuah cerita tentang cinta yang terjalin dalam balutan iman dan ketulusan.

Pertemuan pertama kita terjadi lewat perantaraan seorang sahabat, seakan takdir telah menyiapkan jalannya sendiri untuk mempertemukan dua hati yang sedang mencari petunjuk Allah. Ia, dengan senyum ramahnya dan perhatian yang tulus, memberikan warna baru dalam hidupku. Dia bukan sekadar teman biasa; dari caranya berbicara hingga perhatian yang ia berikan, semua membuatku merasa lebih dihargai dan dipahami. Kami berkenalan dalam suasana penuh dengan spiritualitas, di sebuah majlis ilmu yang sering kami hadiri bersama.

Dalam setiap pertemuan, ada rasa nyaman yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dia selalu berbicara dengan penuh hikmah, menuntunku untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Setiap kali kami berdiskusi, ada saja pelajaran baru yang dapat kupetik, baik dari segi ilmu dunia maupun akhirat.

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan setiap momen bersamanya semakin menunjukkan betapa tulusnya hati yang ia miliki. Ia bukan hanya sekadar peduli, tetapi juga membimbingku dalam banyak hal, termasuk dalam menjalani kehidupan beragama. Pembicaraan kami sering kali membawa kedamaian dan ketenangan, seolah dunia luar tidak lagi penting. Ia membuatku merasa lebih dekat dengan Tuhanku, lebih memahami ajaran agama dengan cara yang lembut dan penuh kasih.

Setiap kali aku merasa ragu atau kehilangan arah, ia selalu ada untuk memberikan nasehat yang bijak. Nasehatnya selalu didasarkan pada ajaran-ajaran Islam yang penuh dengan kedamaian dan keikhlasan. Ia mengajarkanku untuk selalu tawakkal kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan.

Dia adalah sosok yang hampir sempurna dalam pandanganku, cerdas, pintar, dan memiliki wawasan yang luas,  Diskusi apapun selalu mengalir dengan lancar, seolah tidak ada topik yang tidak bisa kami bicarakan. Dari masalah sederhana hingga topik yang paling kompleks, semuanya terasa menyenangkan saat dibahas bersamanya. Dalam tiap diskusi, ada pelajaran berharga yang bisa kupetik. 

Sosoknya yang berwawasan luas membuatku merasa kagum dan terinspirasi. Dia tidak hanya memiliki pengetahuan tentang agama, tetapi juga tentang ilmu-ilmu lainnya. Kami sering berdiskusi tentang berbagai hal, mulai dari ilmu pengetahuan, sejarah, hingga filsafat. Semua pembicaraan kami selalu membawa manfaat dan menambah wawasan. 

Kebersamaan kami selalu dipenuhi dengan momen-momen indah yang penuh makna. Kami sering menghabiskan waktu bersama dalam berbagai kegiatan positif, seperti mengikuti kajian, membaca Al-Qur'an, dan berdiskusi tentang berbagai topik. Setiap momen bersamanya selalu memberikan kedamaian dan kebahagiaan tersendiri.

Meski demikian, komunikasi kami tidak pernah terputus. Setiap hari sepulang kerja, kami selalu menyempatkan waktu untuk mengobrol di telepon. Melalui percakapan panjang itu, aku merasa dekat dengannya meskipun jarak memisahkan kami. Dia selalu sabar mendengarkan setiap keluh kesahku, memberikan nasehat yang kadang menimbulkan perdebatan, aku merasa semua hal yang aku lakukan belum sesuai dengan ajaran agama. aku aku merasa berat diawal dengan semua aturannya tapi setiap aku pikirkan semua ada benarnya. Dengan ketulusan dan kesabarnya perlahan merubah sedikit kekerasan hatiku.dan dia tidak pernah bosan  mengingatkanku untuk selalu berpijak pada Al-Qur'an dan Hadist.

Moment paling berarti dan berkesan hampir setiap hari aku harus menyetorkan bacaan Al-Qur'an kepadanya. Ya allah aku berasa anak pesantren masuk pondok, Protes ya...itu yang aku lakukan pertama kali adalah protes kenapa aku harus belajar dan menghafal,  setoran Al-Quran tiap hari. Apalagi saat pertama kali  aku diminta baca Al- Fatihah, saat itu aku bilang aku juga ngga bodoh-bodoh amat. Al-Fatihah aku pasti hafal tiap hari dibaca tiap sholat. Dan tahu apa yang terjadi saat aku baca Al-Fatihah dia bilang hampir semua bacaanku salah. Astaqfirullah sesulit itukah belajar pikirku saat itu. Setiap kali ada bacaan atau hafalan yang salah, dia dengan sabar membimbingku dan memperbaiki kesalahanku. Ia mengingatkanku untuk selalu memperhatikan tajwid dan makharijul huruf agar bacaan Al-Qur'anku menjadi lebih baik. Bimbingannya dalam hal ini sangat berarti bagiku, membuatku semakin mendalami dan mencintai Al-Qur'an.

Selain itu, kami juga sering berdoa bersama, memohon petunjuk dan keberkahan dari Allah. Doa-doa kami selalu dipenuhi dengan harapan dan keikhlasan. Kami saling mendoakan untuk kebaikan dan kebahagiaan masing-masing. Dalam setiap sujudku, ada doa yang kupanjatkan untuknya, berharap Allah selalu melindungi dan memberkahi kehidupannya.

Namun, seiring berjalannya waktu, kenyataan mulai menampakkan wajahnya yang pahit. Meskipun hati ini telah merasa nyaman bersamanya, ada hal-hal yang membuat kita tak bisa bersama. Alasan yang mungkin terlalu rumit untuk dijelaskan atau diterima oleh logika, tetapi cukup kuat untuk memisahkan kita.  Dia berjanji ingin terus membimbingku tapi aku dengan ke egoanku memutuskan untuk tidak. biarkan aku belajar dengan caraku sendiri. belajar bisa dari mana saja dengan siapa saja. Membuat dia terdiam dan menghargai keputusan itu.

Setelah beberapa waktu berlalu aku merasa kehilangan sosoknya. Tidak ada lagi suara lembut yang membimbingku dalam setiap telepon. Tidak ada lagi nasehat yang menenangkan jiwa. Hanya ada keheningan yang menyelimuti, meninggalkan ruang kosong dalam hati yang sulit untuk diisi.

Rasa kehilangan itu begitu mendalam, seakan-akan sebagian dari diriku hilang bersamanya. Namun, di tengah rasa sakit itu, aku mencoba untuk ikhlas menerima kenyataan. Aku percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah yang tidak pernah salah.

Meski kini kita tidak lagi bersama, doaku selalu menyertaimu. Dalam tiap sujudku, ada harapan dan doa untuk kebahagiaanmu. Setiap kenangan yang kita bagi, kini menjadi bagian dari doa-doaku setiap malam. Terima kasih untuk segala perhatian dan bimbingan yang telah kau berikan. Terima kasih untuk menjadi sosok yang sangat berharga dalam hidupku, meskipun kini kita telah menjadi asing.

Aku selalu berharap bahwa suatu hari nanti, kita bisa bertemu kembali dalam keadaan yang lebih baik. Aku percaya bahwa jika kita memang ditakdirkan untuk bersama, Allah akan memberikan jalan yang terbaik untuk kita. Hingga saat itu tiba, aku akan selalu mendoakanmu dari jauh. 

Mengikhlaskan seseorang yang pernah begitu berarti dalam hidup memang tidak mudah. Namun, aku belajar untuk mengikhlaskan segala yang telah terjadi dan menerima takdir dengan hati yang lapang. Aku percaya bahwa Allah selalu memiliki rencana yang terbaik untuk kita, meskipun terkadang rencana-Nya tidak sesuai dengan harapan kita.

Dalam setiap doa, aku selalu memohon kepada Allah agar memberikan kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi segala ujian. Aku belajar untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan memohon petunjuk-Nya dalam setiap langkah yang kuambil. Aku yakin bahwa dengan berserah diri kepada Allah, segala sesuatu akan menjadi lebih mudah.

Kenangan bersama dia akan selalu menjadi bagian berharga dalam hidupku. Meskipun kita tidak lagi bersama, aku selalu mengenang setiap momen indah yang pernah kita lewati. Kenangan itu selalu memberikan kekuatan dan semangat untuk menjalani kehidupan.

Aku belajar untuk menghargai setiap kenangan dan menjadikannya sebagai pelajaran hidup. Aku belajar bahwa dalam setiap pertemuan, selalu ada hikmah yang bisa diambil. 

Terima kasih pernah ada dan hadir. 

Catatan yang tertinggal 

"Jangan paksakan sesuatu yang bukan takdirmu, karena apa yang bukan milikmu akan selalu menjauh. Terimalah dengan ikhlas, jangan pernah menyesal, karena di balik setiap takdir, Allah memiliki rencana yang jauh lebih indah."


Posting Komentar

0 Komentar