Pelukan yang Tak Pernah Diminta

 


Seorang wanita sering kali lahir dengan kecerdasan, keberanian, dan mimpi besar yang mampu menembus batas. Namun, ketika menikah dan menjadi seorang ibu, banyak di antara mereka rela memendam cita-citanya, demi melihat anak dan pasangannya meraih kebahagiaan.
Di balik anak-anak yang berhasil menapaki universitas impian, dan di balik suami yang melangkah gagah dalam kariernya, ada seorang wanita yang menekan egonya sendiri. Ia rela bangun lebih pagi, menyiapkan bekal, menemani anak dengan segala kerandomannya, menjadi penopang ketika anak rapuh dan kehilangan arah. Namun, semua luka dan lelahnya ia peluk dalam diam. Tangisnya tertahan di balik senyum, agar dunia tetap percaya bahwa semuanya baik-baik saja.
Wanita itu tampak tegar, bahagia, dan selalu tersenyum. Tetapi di malam hari, saat semua terlelap, sering kali ia menangis dalam sepi, memeluk lukanya sendiri. Bukan karena ia kurang bersyukur, bukan pula karena ia haus materi. Yang ia rindukan hanyalah sentuhan hangat, sapaan lembut, dan perhatian tulus dari orang-orang yang dicintai.
Apalagi dalam sebuah hubungan keluarga yang telah bertahun-tahun berjalan, ketika kebersamaan mulai terasa hambar, wanita hanya membutuhkan sedikit waktu. Sedikit pelukan, sekadar sandaran ketika dirinya rapuh. Sapalah jangan pelit mengungkapkan rasa sayang dan cinta, karena itu membuat wanita merasa utuh bersama pasangan hidupnya.
Bahkan di usia yang hampir senja sekalipun, itu bukanlah hal berlebihan. Justru di situlah letak kekuatan seorang wanita bertahan bukan karena materi, tapi karena cinta yang sederhana, namun nyata.

Posting Komentar

0 Komentar